Friday, November 5, 2010

Prasangka Nyata





Kelak kan kuberikan sepucuk mahkota dari beningnya, yang telah kujanjikan sejak namamu terpatri dalam benakku. Setiap malam sebelum hari berlalu, selalu dan selalu cintamu kureguk semu. Mengapa? sebab saat itu aku tak berani, aku tak punya mimpi yang sempurna untuk mengharapmu ada disini.

Setelah kupahami jutaan kali bahwa gentingnya gerimis tak selalu menggantungkan hujan. Jua secarik kertas yang usang dimana ribuan merpati menemanimu ketika engkau merasa sendirian, ketahuilah saat itu aku ingin sekali bersamamu, menaburkan air mata ke tanah tempatmu tumbuh dan dilahirkan. 

Usah kau sanggah meski langit tak terjaga. Mungkin ini bukan waktu untuk kita. Ketika pedih menghujam batin, tangismulah sahabat sejati. Mungkin tak dapat kau raba, di dera hangat air mata. Ranting-ranting menusuk hati, membuat danau tenang riak menggenang. Mereka menari di sela dedaunan. Bercerita tentang hilir dan awan-awan kapas. Dan melati jatuh, berguguran.

Dari balik debu yang sudah, demi sebuah rasa yang entah. kau bertahan dalam sunyi. Hanya engkau, dan dirimu sendiri. Bahkan ketika matahari tak lagi membayangi.

Bukan karenamu ilalang ini mati.

Dalam senja kau bernyanyi, melagukan sebuah janji.  Entahlah, mungkin ini sebuah keajaiban. dimana rasa yang kusangka tak pernah ada, seketika menyeruak dari celah jiwa. Dan naifnya, aku terlalu larut untuk kalah..

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search