Kelak kan kuberikan sepucuk mahkota dari beningnya, yang telah kujanjikan sejak namamu terpatri dalam benakku. Setiap malam sebelum hari berlalu, selalu dan selalu cintamu kureguk semu. Mengapa? sebab saat itu aku tak berani, aku tak punya mimpi yang sempurna untuk mengharapmu ada disini.
Setelah kupahami jutaan kali bahwa gentingnya gerimis tak selalu menggantungkan hujan. Jua secarik kertas yang usang dimana ribuan merpati menemanimu ketika engkau merasa sendirian, ketahuilah saat itu aku ingin sekali bersamamu, menaburkan air mata ke tanah tempatmu tumbuh dan dilahirkan.
Dari balik debu yang sudah, demi sebuah rasa yang entah. kau bertahan dalam sunyi. Hanya engkau, dan dirimu sendiri. Bahkan ketika matahari tak lagi membayangi.
Bukan karenamu ilalang ini mati.
Dalam senja kau bernyanyi, melagukan sebuah janji. Entahlah, mungkin ini sebuah keajaiban. dimana rasa yang kusangka tak pernah ada, seketika menyeruak dari celah jiwa. Dan naifnya, aku terlalu larut untuk kalah..
Post a Comment